Mindful Browsing: Kunci Menjaga Mental dan Finansial di Era Doomscrolling

Ada satu kebiasaan baru yang diam-diam menggerogoti ketenangan pikiran banyak orang di era digital ini: doomscrolling. Istilah ini menggambarkan aktivitas menggulir berita atau konten negatif tanpa henti, meski kita tahu itu membuat perasaan cemas, stres, bahkan putus asa. Dari isu ekonomi global, konflik geopolitik, hingga harga kebutuhan pokok yang naik, semua berseliweran di layar ponsel dan entah bagaimana, kita tetap terus menatapnya.

Namun di balik fenomena ini, ada satu hal menarik yang jarang dibahas: bagaimana kebiasaan doomscrolling juga membentuk cara kita mengambil keputusan keuangan, mengelola risiko, bahkan menilai masa depan ekonomi pribadi kita.
Mari bahas lebih dalam  bukan sekadar tentang berhenti scroll berita buruk, tapi bagaimana menjaga keseimbangan antara awareness dan well-being finansial di tengah arus informasi tanpa henti.

Dari Informasi ke Kecemasan: Ketika “Stay Informed” Jadi “Overinformed”

Awalnya, doomscrolling muncul dari niat baik: ingin tetap tahu perkembangan dunia. Tapi perlahan, informasi berubah jadi beban. Setiap notifikasi membawa cerita buruk resesi global, PHK massal, nilai tukar melemah, hingga kebijakan ekonomi yang tak pasti. Otak kita diprogram untuk fokus pada ancaman, sehingga tanpa sadar, kita lebih sering mencari hal negatif daripada positif.

Akibatnya, muncul bias pesimisme (negativity bias) dalam cara berpikir. Banyak orang jadi lebih hati-hati, tapi juga lebih takut mengambil langkah finansial. Misalnya, menunda investasi karena “takut rugi”, padahal kondisi pasar bisa jadi justru sedang menawarkan peluang menarik.

Kebiasaan doomscrolling akhirnya tidak hanya memengaruhi mood, tapi juga keputusan ekonomi. Ketika pikiran kita dipenuhi berita negatif, rasanya semua risiko terlihat lebih besar daripada kenyataannya.

Dampak Doomscrolling pada Kesehatan Finansial
  1. Menunda Investasi dan Perencanaan Keuangan
    Terlalu sering melihat berita soal krisis ekonomi atau penurunan pasar saham membuat banyak orang menunda investasi. Padahal, waktu terbaik berinvestasi sering kali justru saat pasar sedang turun ketika valuasi aset lebih menarik.
  2. Konsumsi Emosional
    Ironisnya, setelah terpapar stres dari berita, sebagian orang justru melampiaskan kecemasan lewat belanja impulsif. Dari membeli kopi mahal, skincare baru, hingga “healing trip” dadakan semua demi mencari dopamine cepat. Tapi efeknya? Anggaran bulanan jadi berantakan.
  3. Menurunnya Kepercayaan Diri Finansial
    Doomscrolling menciptakan persepsi seolah dunia sedang “selalu buruk.” Ini bisa mengikis optimisme finansial membuat kita takut gagal, takut rugi, bahkan takut mencoba sesuatu yang sebenarnya bisa memperbaiki kondisi keuangan.
Mengubah Pola: Dari Doomscrolling ke Mindful Browsing

Kabar baiknya, keluar dari pola doomscrolling bukan hal mustahil. Kuncinya bukan berhenti membaca berita, tapi mengubah cara kita berinteraksi dengan informasi.

  1. Kurasi Informasi, Bukan Hindari
    Batasi sumber berita hanya dari media terpercaya dan hindari doom accounts di media sosial yang menekankan sensasi tanpa konteks. Misalnya, pilih satu waktu khusus untuk baca berita ekonomi cukup 15 menit setiap pagi.
  2. Batasi Waktu Online
    Gunakan fitur screen time atau digital well-being. Kamu bisa atur waktu maksimal untuk membuka aplikasi berita atau media sosial. Tujuannya bukan membatasi kebebasan, tapi memberi ruang bagi otak untuk tenang.
  3. Fokus pada Hal yang Bisa Dikendalikan
    Kita tidak bisa mengubah arah kebijakan ekonomi global, tapi bisa mengatur keuangan pribadi. Misalnya dengan diversifikasi investasi, menyiapkan dana darurat, dan memastikan arus kas tetap sehat.
  4. Ubah Perspektif Finansial
    Daripada fokus pada ketidakpastian, lihat peluangnya. Saat banyak orang takut menaruh uang di pasar, mereka yang tetap disiplin investasi justru berpotensi memetik hasil lebih besar di masa depan.
Doomscrolling dan Keputusan Investasi: Sebuah Refleksi

Dalam dunia investasi, emosi sering kali lebih menentukan hasil daripada strategi. Investor yang terjebak dalam pola doomscrolling cenderung reaktif: menjual saham saat pasar turun, menarik deposito lebih cepat, atau memindahkan dana tanpa perhitungan matang.

Sementara itu, investor yang mampu menyaring informasi biasanya lebih tenang dalam melihat gambaran besar. Mereka tahu bahwa setiap siklus pasar pasti punya fase naik dan turun. Bukan soal menghindari risiko, tapi bagaimana beradaptasi dengan perubahan tanpa kehilangan arah.

Misalnya, saat berita inflasi global meningkat, sebagian orang langsung panik. Namun, mereka yang paham justru memanfaatkan momentum dengan menambah alokasi ke aset yang lebih stabil seperti deposito digital atau emas, sambil menunggu volatilitas mereda.

Langkah Finansial Sehat di Era Doomscrolling
  1. Bangun Dana Darurat 6–12 Bulan Pengeluaran
    Ini bukan sekadar “aturan klasik,” tapi fondasi rasa aman finansial. Dengan dana ini, kamu tidak perlu panik tiap kali baca berita ekonomi buruk.
  2. Pilih Investasi yang Sesuai Profil Risiko
    Tidak semua orang cocok dengan volatilitas saham. Jika kamu cenderung mudah cemas, pilih instrumen yang lebih stabil seperti deposito digital dengan bunga kompetitif dan pencairan fleksibel seperti GoMax Savings dari Nobu Bank, misalnya.
  3. Buat Rencana Finansial Tertulis
    Tuliskan target jangka pendek dan panjang. Saat berita negatif datang, lihat kembali rencana itu. Ini membantu kamu tetap fokus pada hal yang bisa kamu kontrol, bukan hal yang sedang ramai dibahas di internet.
  4. Bangun Rutinitas Digital Sehat
    Sisihkan waktu offline entah baca buku, olahraga, atau sekadar menikmati kopi tanpa notifikasi. Pikiran yang tenang akan membuat keputusan finansial jadi lebih jernih.
Menemukan Keseimbangan di Era Informasi

Doomscrolling adalah tanda bahwa manusia modern punya kebutuhan alami untuk memahami dunia tapi sering kali, cara kita mencarinya justru menambah beban mental. Di tengah derasnya informasi, tantangan terbesar bukan lagi “kurangnya data,” tapi kemampuan untuk tetap tenang dan berpikir rasional.

Pada akhirnya, dunia tidak seburuk yang ditampilkan di layar, sama seperti kondisi finansial kita tidak seburuk yang dibayangkan jika dikelola dengan benar. Jadi, berhenti sejenak, tarik napas, dan mulai konsumsi informasi dengan sadar. Karena yang kita butuhkan bukan lebih banyak berita tapi lebih banyak kendali.

Start typing and press enter to search