Simpel tapi Efektif: Tips Traveling Low-Budget

Bagi banyak orang, traveling itu bukan sekadar jalan-jalan, tapi cara untuk mengisi energi, menambah pengalaman hidup, dan kadang jadi momen paling berkesan dalam hidup. Sayangnya, sering kali orang menganggap traveling hanya bisa dinikmati kalau punya dana besar. Padahal kenyataannya, dengan strategi keuangan yang tepat, traveling low-budget tetap bisa memberikan pengalaman yang sama berharga bahkan sering kali lebih autentik.

Kuncinya ada pada bagaimana mengatur uang sejak awal, mengalokasikan dana dengan bijak, sampai memilih prioritas selama perjalanan. Artikel ini akan membahas strategi finansial untuk pecinta traveling low-budget supaya tetap bisa jalan tanpa bikin dompet kosong.

1. Pisahkan Dana Traveling dari Sehari-hari

Langkah paling mendasar adalah memisahkan dana traveling dari kebutuhan bulanan. Kalau digabung, besar kemungkinan uang jalan-jalan akan terpakai untuk hal lain.

Solusinya sederhana: buat tabungan khusus untuk traveling. Bisa berupa rekening terpisah atau tabungan digital yang fleksibel. Misalnya, setiap bulan sisihkan minimal 5–10% dari penghasilan untuk dana jalan-jalan. Jumlah kecil sekalipun, kalau konsisten, lama-lama jadi signifikan. Simpan dana di tabungan yang memberikan nilai lebih misalnya GoMax Savings atau Deposito Online dengan bunga mulai dari 5% p.a. – 7% p.a.

2. Tentukan Prioritas Traveling Sejak Awal

Pecinta traveling low-budget biasanya punya dua tipe: yang suka eksplor sebanyak mungkin destinasi dengan biaya hemat, atau yang memilih fokus di sedikit tempat tapi lebih lama.

Keduanya sah-sah saja, tapi penting untuk menentukan prioritas sejak awal. Dengan begitu, budgeting bisa lebih presisi. Misalnya, kalau lebih suka eksplorasi cepat, berarti perlu alokasi lebih besar untuk transportasi, sedangkan kalau tipe slow-travel, biaya bisa lebih fokus ke akomodasi dan kebutuhan harian.

3. Terapkan Konsep “Travel Fund Envelope”

Salah satu trik budgeting klasik adalah metode amplop. Untuk traveling, konsep ini bisa dimodifikasi jadi “travel fund envelope”.

Jadi, pecahlah dana traveling ke beberapa pos:

  • Transportasi: tiket pesawat, kereta, atau bus.
  • Akomodasi: hostel, homestay, atau hotel budget.
  • Makan & minum: jangan lupa sisihkan dana khusus untuk coba kuliner lokal.
  • Aktivitas & tiket masuk: museum, taman, atau atraksi lokal.
  • Darurat: sekitar 10% dari total budget.

Dengan begitu, setiap pos punya batasnya masing-masing. Kalau pos transportasi sudah habis, artinya harus pintar cari alternatif murah lain.

4. Cari Promo dan Timing yang Tepat

Faktor besar dalam traveling low-budget adalah waktu. Misalnya, tiket pesawat bisa jauh lebih murah kalau dibeli 2–3 bulan sebelumnya. Selain itu, traveling saat low-season juga bisa menekan biaya akomodasi hingga 30–50%.

Beberapa strategi praktis:

  • Gunakan aplikasi pembanding harga tiket & hotel.
  • Nyalakan notifikasi promo maskapai atau platform traveling.
  • Jangan ragu pilih hari keberangkatan tengah minggu, biasanya lebih murah dibanding akhir pekan.

5. Kurangi Biaya Tetap, Perbanyak Pengalaman Gratis

Salah satu strategi keuangan traveling low-budget adalah mengurangi biaya tetap seperti hotel mewah atau transportasi privat, lalu alihkan ke pengalaman lokal yang murah atau bahkan gratis.

Contoh:

  • Alih-alih sewa mobil, coba gunakan transportasi umum atau jalan kaki.
  • Pilih hostel atau homestay yang juga bisa jadi sarana bertemu traveler lain.
  • Manfaatkan aktivitas gratis seperti walking tour, festival budaya, atau sekadar menikmati suasana kota.

6. Gunakan Aplikasi Keuangan untuk Tracking Pengeluaran

Sering kali saat traveling, orang jadi lebih boros karena merasa “ini momen spesial”. Padahal justru saat itu tracking keuangan jadi penting.

Dengan aplikasi keuangan, kamu bisa langsung mencatat pengeluaran harian. Begitu ada tanda over-budget, kamu bisa segera menyesuaikan di hari-hari berikutnya. Dengan disiplin mencatat, dana darurat tidak mudah terkuras hanya karena impulsif.

7. Siapkan Dana Darurat Traveling

Dana darurat bukan hanya untuk kehidupan sehari-hari, tapi juga untuk traveling. Misalnya, tiba-tiba harus beli tiket pulang lebih cepat, ada biaya kesehatan tak terduga, atau kehilangan barang.

Idealnya, dana darurat traveling disiapkan sekitar 10–20% dari total budget. Uang ini sebaiknya disimpan di rekening digital atau dompet e-wallet yang mudah diakses. Jangan sampai seluruh uang dihabiskan di hari-hari awal perjalanan.

8. Investasi Kecil demi Traveling Jangka Panjang

Kalau traveling sudah jadi gaya hidup, bukan sekadar liburan sesekali, maka investasi untuk tujuan traveling bisa jadi strategi finansial jangka panjang. Misalnya:

  • Menaruh dana di deposito jangka pendek untuk liburan akhir tahun.
  • Menyimpan sebagian di reksa dana pasar uang untuk rencana trip 6–12 bulan ke depan.
  • Membuat tabungan berjangka dengan setoran rutin khusus traveling.

Dengan cara ini, dana traveling bukan sekadar sisa, tapi memang direncanakan secara finansial.

9. Jangan Abaikan Nilai Tukar dan Biaya Transaksi

Kalau traveling ke luar negeri, nilai tukar mata uang dan biaya transaksi bank bisa jadi pengeluaran besar tanpa disadari. Misalnya, biaya konversi kartu debit/kredit bisa mencapai 2–3% per transaksi.

Strategi yang bisa diterapkan:

  • Tukar uang di money changer terpercaya sebelum berangkat.
  • Pilih bank atau e-wallet dengan biaya transaksi internasional rendah.
  • Hindari tarik tunai di ATM luar negeri kecuali darurat.

Dengan langkah kecil ini, biaya bisa ditekan cukup signifikan.

10. Utamakan Pengalaman, Bukan Gaya

Pada akhirnya, traveling low-budget bukan berarti serba terbatas. Justru di sinilah letak seni mengelola keuangan: bagaimana tetap bisa menikmati pengalaman berharga tanpa mengorbankan kestabilan finansial.

Fokuslah pada esensi perjalanan: bertemu orang baru, memahami budaya, melihat dunia dari sudut pandang berbeda. Bukan pada seberapa mewah hotel atau seberapa eksklusif transportasi yang digunakan.

Dengan strategi ini, traveling bisa jadi bagian hidup yang berkelanjutan, bukan sekadar momen sesaat yang bikin dompet kosong setelah pulang.

Pecinta traveling low-budget punya satu keuntungan besar: mereka terbiasa kreatif dan fleksibel dalam mengatur uang. Dengan memisahkan dana traveling, membuat pos anggaran yang jelas, mencari promo, sampai menyiapkan dana darurat, perjalanan jadi lebih aman dan menyenangkan.

Pada akhirnya, traveling bukan soal besar kecilnya budget, tapi soal bagaimana uang digunakan dengan bijak untuk menciptakan pengalaman hidup yang bermakna.

Start typing and press enter to search