Di usia muda, ada satu hal yang sering kita anggap bisa menunggu: keuangan. Padahal, kebiasaan kecil soal uang di umur 20-an sering kali menentukan bagaimana kondisi finansial kita 10–20 tahun ke depan. Banyak anak muda yang lebih fokus pada tujuan jangka pendek seperti jalan-jalan, beli gadget, atau sekadar ngopi tiap minggu. Sementara itu, ada juga yang mulai memikirkan jangka panjang, seperti punya rumah, dana pensiun, atau kebebasan finansial.
Pertanyaannya, bagaimana caranya kita bisa menyeimbangkan dua hal ini? Karena kalau terlalu fokus ke jangka pendek, kita bisa kehabisan waktu membangun pondasi finansial. Tapi kalau hanya mikirin jangka panjang, hidup sekarang bisa terasa kering dan nggak ada reward.
Di sinilah pentingnya financial goals. Tujuan keuangan jadi kompas agar kita tahu mana yang perlu didahulukan, mana yang bisa ditunda, dan bagaimana cara mengelola income tanpa kehilangan arah.
Kenapa Anak Muda Butuh Financial Goals?
Financial goals bukan cuma tentang angka di rekening, tapi tentang arah hidup. Anak muda punya fase yang unik: baru mulai bekerja, mungkin pindah kota, punya penghasilan sendiri, sekaligus mulai belajar mandiri. Di fase ini, pengeluaran sering nggak terkontrol karena dorongan lifestyle, FOMO, atau sekadar ingin menikmati hidup setelah “merdeka” dari orang tua.
Kalau nggak ada goals, uang bisa menguap begitu saja tanpa sisa. Misalnya, gaji pertama habis untuk traktir teman, belanja online, atau liburan dadakan. Nggak salah sih, tapi kalau ini jadi pola, lama-lama tabungan nggak pernah terkumpul.
Dengan adanya financial goals, kita bisa bikin “peta jalan” sederhana: mana tujuan jangka pendek (1–3 tahun), menengah (3–5 tahun), sampai jangka panjang (10 tahun ke atas). Jadi, bukan sekadar nabung asal-asalan, tapi menabung dengan arah.
Financial Goals Jangka Pendek
Tujuan jangka pendek biasanya lebih realistis dan cepat terasa manfaatnya. Beberapa contoh goals jangka pendek anak muda:
- Membangun Dana Darurat
Dana darurat idealnya 3–6 kali pengeluaran bulanan. Ini penting banget buat jaga-jaga kalau ada hal tak terduga, seperti kehilangan pekerjaan, biaya kesehatan, atau kebutuhan mendadak. Banyak anak muda yang skip hal ini karena merasa masih single dan sehat, tapi justru inilah saat paling pas untuk mulai membangunnya. - Mengatur Cash Flow & Saving Habits
Mengelola cash flow artinya tahu ke mana perginya uang setiap bulan. Mulai dari kebutuhan dasar (sewa kos, makan, transportasi) sampai hiburan. Punya kebiasaan kecil seperti menyisihkan 10–20% gaji untuk tabungan bisa jadi fondasi besar di masa depan. - Bayar Utang Konsumtif
Kalau sudah terlanjur pakai paylater atau kartu kredit, lebih baik fokus melunasi dulu. Utang konsumtif bisa menghambat semua tujuan lain karena bunganya lumayan bikin bocor dompet. - Tujuan Spesifik Harian/Tahunan
Misalnya, nabung buat beli gadget baru, liburan, atau ikut kursus skill. Hal-hal ini termasuk goals jangka pendek yang tetap penting, asal nggak mengorbankan kebutuhan utama.
Financial Goals Jangka Panjang
Nah, beda cerita dengan tujuan jangka panjang. Goals ini biasanya butuh waktu bertahun-tahun buat diwujudkan, dan perlu komitmen jangka panjang. Contohnya:
- Punya Rumah atau Properti
Harga properti cenderung naik tiap tahun. Kalau anak muda nggak mulai merencanakan dari sekarang, bisa makin berat ke depannya. Bukan berarti semua harus beli rumah cepat-cepat, tapi punya rencana jelas lebih baik daripada sekadar berharap. - Dana Pensiun
Mungkin terasa terlalu jauh, tapi bayangin kalau kita mulai investasi pensiun di umur 25. Dengan bunga majemuk, hasilnya bisa jauh lebih besar dibanding kalau baru mulai di umur 40. - Kebebasan Finansial
Banyak anak muda sekarang punya mimpi financial freedom: bisa kerja kalau mau, bukan karena terpaksa. Itu artinya perlu investasi, portofolio, dan diversifikasi aset sejak dini. - Perencanaan Keluarga & Pendidikan Anak
Buat yang berencana berkeluarga, biaya pendidikan anak jelas bukan angka kecil. Menyisihkan dana sejak awal bikin beban keuangan lebih ringan nanti.
Menyeimbangkan Goals Jangka Pendek & Panjang
Sering kali, dilema muncul: nabung buat liburan sekarang atau investasi buat pensiun? Jawabannya bukan “salah satu”, tapi gimana kita bisa menyeimbangkan keduanya.
Beberapa tips praktis:
- Gunakan Formula 50/30/20
50% income buat kebutuhan pokok, 30% untuk lifestyle (hiburan, self-reward), dan 20% untuk saving/investasi. Formula ini fleksibel, bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing. - Prioritaskan Dana Darurat
Sebelum mikir investasi jangka panjang, pastikan dana darurat aman. Karena kalau ada kondisi darurat dan nggak punya dana cadangan, investasi bisa terpaksa dijual rugi. - Pisahkan Rekening
Buat rekening berbeda: satu untuk kebutuhan harian, satu khusus tabungan/investasi. Dengan begitu, uang untuk goals jangka panjang nggak gampang “terganggu”. - Manfaatkan Instrumen Keuangan
– Goals jangka pendek bisa pakai tabungan biasa atau deposito jangka pendek.
– Goals jangka panjang lebih cocok pakai reksa dana saham, SBN, atau instrumen investasi lain yang hasilnya lebih besar. - Review Secara Berkala
Goals finansial bukan sesuatu yang kaku. Hidup bisa berubah—pindah kerja, menikah, atau bahkan pandemi. Evaluasi setiap 6–12 bulan untuk menyesuaikan strategi.
Catatan Penting: Uang Bukan Sekadar Angka
Pada akhirnya, financial goals bukan cuma tentang hitung-hitungan, tapi juga soal mindset. Anak muda perlu sadar bahwa uang adalah alat untuk mencapai kehidupan yang diinginkan, bukan sekadar simbol status.
- Punya gadget terbaru? Nggak masalah, asal tetap ada saving habits.
- Mau liburan ke luar negeri? Silakan, asal nggak ngorbanin dana darurat.
- Ingin financial freedom? Bisa, asal mulai konsisten dari sekarang.
Dengan kombinasi tujuan jangka pendek dan panjang, hidup jadi lebih seimbang: bisa menikmati hari ini tanpa mengorbankan masa depan.