Buat banyak pasangan muda yang baru mulai hidup bersama, euforia pernikahan biasanya bikin fokus ke hal-hal menyenangkan: dekorasi rumah, jalan-jalan bareng, atau rencana punya anak. Tapi ada satu hal penting yang sering kelewat: dana darurat pasangan.
Dana darurat ini bukan sekadar simpanan, tapi jadi tameng utama kalau ada hal tak terduga. Kehilangan pekerjaan, sakit, sampai biaya perbaikan mendadak bisa bikin cash flow rumah tangga berantakan kalau nggak ada cadangan. Makanya, punya strategi jelas buat budgeting keluarga muda itu wajib banget.
Kenapa Dana Darurat Penting untuk Pasangan Muda?
- Ketidakpastian penghasilan
Di awal karier, pasangan muda biasanya masih rentan dengan fluktuasi penghasilan. Kontrak kerja bisa berakhir, bisnis baru bisa gagal. Dana darurat jadi pelindung pertama. - Biaya kesehatan
Walau masih muda, sakit bisa datang kapan aja. Apalagi kalau belum punya asuransi lengkap, dana darurat bisa jadi penolong. - Transisi hidup
Mulai dari pindah rumah, biaya kehamilan, atau kebutuhan bayi, semuanya butuh dana ekstra. Kalau nggak siap, risiko ngutang makin besar. - Menjaga keharmonisan rumah tangga
Masalah finansial sering jadi pemicu konflik. Dengan dana darurat, pasangan bisa lebih tenang menghadapi situasi sulit tanpa saling menyalahkan.
Berapa Besar Dana Darurat untuk Pasangan Muda?
Umumnya, dana darurat idealnya 3–6 kali total pengeluaran bulanan.
- Kalau pasangan masih belum punya anak, minimal siapkan 3 bulan pengeluaran.
- Kalau sudah punya anak, target naik jadi 6 bulan.
- Kalau penghasilan pasangan tidak tetap, sebaiknya siapkan hingga 12 bulan.
Contoh:
Kalau pengeluaran bulanan Rp8 juta, maka dana darurat yang ideal:
- Minimal = Rp24 juta (3 bulan).
- Aman = Rp48 juta (6 bulan).
- Super aman = Rp96 juta (12 bulan).
Strategi Bangun Dana Darurat Pasangan Muda
1. Tentukan Target Realistis
Hitung dulu rata-rata pengeluaran bulanan: sewa rumah, makan, transportasi, listrik, internet, dan cicilan. Dari situ baru ditentukan target dana darurat.
2. Sisihkan dari Awal Gajian
Prinsipnya: dana darurat bukan sisa, tapi prioritas. Sisihkan minimal 10–20% dari penghasilan bulanan khusus untuk simpanan darurat.
3. Pisahkan Rekening
Sebaiknya simpan dana darurat di rekening terpisah biar nggak tergoda dipakai buat belanja atau liburan. Bisa pilih tabungan khusus atau rekening dengan bunga kompetitif tapi tetap likuid.
4. Gunakan Produk Simpanan yang Tepat
Dana darurat harus mudah dicairkan. Jadi jangan disimpan di instrumen berisiko tinggi atau butuh waktu lama untuk ditarik. Pilihan tepat antara lain:
- Tabungan dengan bunga tinggi.
- Deposito jangka pendek (kalau jumlah sudah lumayan besar).
- Rekening digital dengan gratis transfer (biar fleksibel).
5. Terapkan Sistem “Double Saving”
Kalau dua-duanya bekerja, masing-masing bisa sisihkan dana darurat pribadi, lalu bikin dana darurat gabungan untuk kebutuhan rumah tangga.
6. Top Up dari Bonus atau THR
Jangan langsung habiskan bonus untuk belanja. Sisihkan minimal 30–50% bonus/THR buat mempercepat pencapaian target dana darurat.
7. Evaluasi Rutin
Setiap 6–12 bulan sekali, cek lagi apakah kebutuhan dana darurat masih sesuai. Pengeluaran rumah tangga biasanya naik, jadi target juga perlu ditambah.
Simulasi Dana Darurat untuk Pasangan Muda
Misalnya, pasangan baru menikah dengan pengeluaran bulanan Rp7 juta. Mereka ingin punya dana darurat 6 bulan (Rp42 juta).
Kalau mereka menyisihkan Rp3 juta per bulan, target tercapai dalam 14 bulan. Tapi kalau mereka tambah ke Rp5 juta per bulan (misalnya dari bonus/side hustle), target bisa tercapai hanya dalam 9 bulan.
Intinya, semakin disiplin, semakin cepat sampai.
Tips Saving Biar Dana Darurat Cepat Terkumpul
- Gunakan metode auto-debet biar nggak tergoda pakai uangnya.
- Kurangi lifestyle kecil-kecilan kayak ngopi setiap hari atau makan di luar.
- Cari tambahan penghasilan lewat freelance atau jualan kecil-kecilan.
- Pakai aplikasi keuangan buat tracking dan reminder menabung.
- Rayakan milestone kecil, misalnya sudah terkumpul 25% dari target.
Kesalahan Umum Pasangan Muda soal Dana Darurat
- Menganggap asuransi = dana darurat. Padahal asuransi hanya proteksi, bukan tabungan likuid.
- Menyimpan di investasi berisiko tinggi. Saham atau reksadana saham bisa naik-turun, bukan tempat ideal untuk simpanan darurat.
- Mengandalkan kartu kredit. Kartu kredit bukan dana darurat, tapi hutang berbunga tinggi.
- Tidak update target. Pengeluaran naik, tapi dana darurat stagnan.
Punya dana darurat pasangan itu sama pentingnya dengan punya rumah atau kendaraan. Bedanya, ini adalah pondasi finansial yang bikin rumah tangga lebih aman. Pasangan muda perlu strategi jelas: hitung target, sisihkan secara konsisten, pisahkan rekening, dan evaluasi rutin.
Dengan dana darurat yang sehat, kalian bisa lebih tenang menghadapi kejutan hidup. Jadi, jangan tunda lagi—mulai sisihkan dari gaji bulan ini.
Related posts:
- Cara Mengontrol Pengeluaran Konsumtif: Mindful Spending untuk Hidup Lebih Sehat Finansial
- Mau Ambil Kredit Motor? Ini Strategi Finansial yang Perlu Kamu Tahu
- Gratis Transfer Unlimited Antar Bank Tanpa Syarat Emang Ada?
- Menyusun Dana Liburan Keluarga Besar: Biar Jalan Bareng Nggak Bikin Kantong Bolong