Menghadapi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) bukan cuma soal kehilangan penghasilan tetap, tapi juga guncangan emosional dan ketidakpastian. Banyak orang yang tiba-tiba merasa hidupnya berhenti di titik itu. Padahal, dengan strategi keuangan yang tepat, masa setelah PHK bisa jadi momen refleksi, menata ulang, dan mempersiapkan diri untuk langkah baru.
Di bawah ini adalah 7 langkah yang bisa kamu lakukan untuk mengatur uang setelah PHK. Bukan teori belaka, tapi panduan praktis yang bisa membuatmu merasa lebih tenang, terarah, dan siap menghadapi fase berikutnya.
1. Tarik Napas, Tenangkan Diri
Sebelum masuk ke angka-angka, beri waktu untuk menerima keadaan. PHK seringkali memukul mental lebih keras dibandingkan kondisi finansial itu sendiri. Jangan langsung panik. Tenangkan diri, lalu susun strategi dengan kepala dingin. Ingat, keputusan keuangan yang diambil dalam kondisi emosional biasanya berujung pada penyesalan.
2. Evaluasi Dana Darurat
Dana darurat ibarat pelampung ketika kapal keuanganmu oleng. Cek berapa besar tabungan yang kamu punya untuk menutup kebutuhan dasar: makan, listrik, transportasi, cicilan (kalau ada), dan biaya kesehatan.
Aturan umumnya, dana darurat idealnya 3–6 bulan dari total biaya hidup bulanan, ada ada baiknya ditabung atau disimpan pada tabungan yang bisa memberikan bunga harian agar nilai terus bertumbuh. Kalau ternyata dana daruratmu lebih kecil, jangan panik: yang penting tahu titik stamina finansialmu. Misalnya, dana darurat cukup untuk 2 bulan, berarti dalam jangka waktu itu kamu harus sudah menemukan pemasukan baru atau memangkas pengeluaran signifikan.
3. Prioritaskan Budget dengan Ketat
Budgeting PHK berbeda dari budgeting biasa. Kali ini, fokusmu bukan lagi menyeimbangkan income dan outcome, tapi menjaga outcome agar tetap terkendali.
Pisahkan pengeluaran jadi 3 kategori:
- Wajib: makan, transportasi dasar, sewa, cicilan.
- Penting tapi bisa dikurangi: kuota internet, listrik berlebih, hiburan sederhana.
- Tidak mendesak: langganan premium, nongkrong, belanja barang baru.
Kalau selama ini budgeting terasa fleksibel, saat PHK kamu perlu jadi lebih ketat. Ingat, ini bukan berarti hidup jadi sengsara, tapi kamu sedang beli waktu sampai ada pemasukan lagi.
4. Komunikasikan dengan Keluarga
Kalau kamu sudah berkeluarga, jangan simpan semua tekanan sendiri. Bicara dengan pasangan atau anggota keluarga yang terlibat soal kondisi keuangan. Transparansi bisa mengurangi beban mental, sekaligus membuat semua orang ikut menyesuaikan gaya hidup. Misalnya, anak bisa diberi pengertian kalau sementara waktu tidak semua keinginannya bisa dipenuhi.
Keuangan rumah tangga adalah tim game, bukan solo player.
5. Cari Sumber Penghasilan Sementara
Cari kerja baru memang butuh waktu, tapi itu bukan alasan untuk tidak punya cashflow sama sekali. Ada banyak cara untuk mendapatkan pemasukan sementara, seperti:
- Freelance sesuai skill (desain, menulis, coding, administrasi).
- Jual barang yang jarang dipakai.
- Buka jasa kecil-kecilan (les privat, catering, ojek online).
Jangan anggap remeh penghasilan kecil. Saat PHK, uang Rp500 ribu tambahan bisa berarti seminggu makan aman.
6. Hindari Jerat Utang Konsumtif
Banyak orang yang panik setelah PHK lalu mengambil pinjaman konsumtif demi bertahan hidup. Masalahnya, utang itu bisa jadi bom waktu ketika kamu belum punya pemasukan baru.
Kalau benar-benar terpaksa, utang hanya boleh dipakai untuk kebutuhan primer, bukan keinginan. Lebih bijak lagi, usahakan bertahan dengan dana darurat dulu sambil memotong pengeluaran.
7. Jaga Psikologi Finansial
PHK bukan cuma soal uang, tapi juga soal rasa percaya diri. Rasa gagal bisa membuatmu malas bergerak. Di titik ini, psikologi finansial jadi krusial.
Ingat: kehilangan pekerjaan bukan berarti kehilangan kemampuan. Kamu masih punya skill, pengalaman, dan jaringan. PHK adalah jeda, bukan akhir. Gunakan waktu ini untuk upgrade diri: ikut pelatihan, perkuat portofolio, atau bangun relasi baru.
Dengan mindset yang sehat, uang yang terbatas bisa dikelola lebih bijak, dan peluang baru lebih mudah datang.
Mengatur uang setelah PHK memang berat, tapi bukan tidak mungkin. Kuncinya ada di disiplin, komunikasi, dan keberanian untuk mencoba hal baru. Ingat, ini hanya fase sementara. Dengan strategi yang tepat, kamu bisa melewati masa sulit ini dan muncul lebih kuat dari sebelumnya.